Blitar, Jawa Timur – Kreativitas dan inovasi bisa lahir dari hal sederhana, seperti yang ditunjukkan oleh Asbani, seorang pengrajin asal Blitar yang berhasil mengubah limbah kayu menjadi payung kertas unik dan artistik. Karya Asbani kini menjadi sorotan masyarakat karena menggabungkan nilai seni, kreativitas, dan keberlanjutan lingkungan.
Awal Mula Ide
Ide untuk membuat payung dari limbah kayu muncul ketika Asbani melihat tumpukan kayu sisa produksi mebel di desanya. Daripada dibakar atau dibuang, kayu-kayu tersebut justru bisa dimanfaatkan untuk membuat kerangka payung yang kuat dan ringan.
“Awalnya hanya ingin memanfaatkan kayu sisa. Tapi lama-lama muncul ide untuk membuat payung kertas yang tidak hanya fungsional, tapi juga memiliki nilai estetika tinggi,” ujarnya.
Asbani kemudian mulai bereksperimen dengan berbagai jenis kertas, lem, dan teknik pengikatan agar payung tetap kuat dan tahan lama meski berbahan kertas.
Proses Pembuatan
Proses pembuatan payung kertas karya Asbani cukup rumit. Beberapa langkah penting antara lain:
- Pemilihan Kayu – Kayu limbah dipotong, dihaluskan, dan dibentuk menjadi kerangka payung.
- Persiapan Kertas – Kertas pilihan yang cukup tebal dipotong sesuai pola payung, kemudian diwarnai atau diberi motif tradisional.
- Perakitan – Kertas ditempelkan pada kerangka kayu menggunakan lem ramah lingkungan.
- Finishing – Payung dikeringkan dan diperiksa kekuatannya, sekaligus diberi sentuhan artistik tambahan seperti motif batik atau lukisan tangan.
Hasilnya adalah payung kertas yang kuat, ringan, dan tampak artistik, cocok untuk hiasan rumah, hadiah, atau kebutuhan promosi wisata lokal.
Nilai Kreativitas dan Lingkungan
Karya Asbani bukan hanya sekadar kerajinan, tetapi juga mendukung gerakan ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah kayu dan kertas bekas, produksi payung ini:
- Mengurangi sampah kayu dan kertas yang biasanya dibakar.
- Mendorong ekonomi kreatif di Blitar.
- Menjadi inspirasi inovasi berkelanjutan bagi masyarakat dan pengrajin muda.
Asbani juga mengajarkan teknik pembuatan payung ini kepada warga lokal, sehingga keterampilan kreatif ini dapat diwariskan dan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga dan komunitas, info lebih lanjut klik di sini:
● https://gribjayablitar.org/ekonomi/kisah-asbani-di-blitar-ubah-limah-kayu-jadi-payung-kertas/
● https://gribjayasemarang.org/hukum/laka-truk-trailer-vs-truk-gandeng-di-jalur-semarang-kendal-lalu-lintas-macet/
● https://gribjayasurakarta.org/pendidikan/kalender-jawa-sabtu-kliwon-20-september-2025-rezeki-selalu-lumintu/
● https://gribjayategal.org/hukum/jembatan-kalierang-tegal-ambruk-saat-direnovasi-5-pekerja-terjatuh/
● https://gribjayakediri.org/wisata/koleksi-21-layangan-kuno-kediri-di-museum-belanda-dan-legenda-di-baliknya/
Dampak Sosial dan Ekonomi
Payung kertas karya Asbani kini mulai dikenal di pasar lokal maupun nasional. Banyak wisatawan dan kolektor yang tertarik membeli payung sebagai oleh-oleh khas Blitar atau hiasan dekoratif.
Selain meningkatkan pendapatan keluarga, inovasi ini juga membantu mengangkat citra Blitar sebagai kota kreatif. Pemerintah daerah bahkan mempertimbangkan untuk memasukkan karya Asbani dalam pameran seni dan kerajinan lokal, sebagai bentuk promosi pariwisata berbasis budaya dan kreativitas.